Sabtu, 19 Maret 2011

pengaruh kurang tidur terhadap kinerja otak



POLA TIDUR YANG OPTIMAL


A       Pengertian Tidur
Setiap hari kita selalu tidur. Dan kita pasti mengetahui apa itu tidur. Tidak ada orang yang tidak mengetahui apa itu tidur. Namun, pengertian yang kita ketahui ialah pengertian tidur secara sederhana. Berikut ini merupakan pengertian tidur secara kompleks, beberapa diantaranya menurut para ahli :
a.                  Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (dr. L. Gunawan, 2001 hal 7).
b.                  Robert MCK Nish, dalam bukunya “The Phylosophy of Sleep” mengemukakan tidur merupakan keadaan diantara hidup dan mati. Hidup diartikan sebagai keadaan aktif hewan dan fungsi intelektual, dan mati merupakan berhentinya seluruh keadaan tersebut
c.                  Shakesper melukiskan tidur sebagai pemberian gizi utama dalam jamuan hidup. Ia mengemukakan bahwa bagi sebagin besar manusia istirahat–dalam penting untuk menjaga badan, pikiran, dan semangat dalam keadaan baik.
d.                  Hobson mengemukakan tidur adalah suatu aktivitas aktif khusus dari otak, dikelola oleh mekanisme yang rumit dan tepat.1
B       Kebutuhan Waktu Tidur yang Optimal.
Umumnya, waktu yang dihabiskan tiap orang untuk tidur berbeda-beda. Sesuai dengan banyaknya aktivitas dan waktu yang dimiliki masing-masing individu. Waktu tidur seorang pekerja shift tentu berbeda dengan seorang guru misalnya. Guru yang bekerja hanya pada siang hari tentu memiliki lebih banyak waktu untuk tidur didandingkan dengan pekerja shift yang bisa bekerja di siang hari maupun malam hari. Waktu tidur seseorang juga dipengaruhi oleh faktor usia. Seorang bayi dan neneknya memiliki waktu kebutuhan tidur yang berbeda jauh.
Berikut ini kebutuhan waktu tidur berdasarkan batasan umurnya:
(1)   Bayi                        + 16 jam
(2)   Anak-anak + 10 jam
(3)   Dewasa      +  8 jam
(4)   Orang tua   + 5-6 jam
Berikut ini faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan tidur:
(1)   Kondisi kesehatan
(2)   Faktor psikis (rasa malas, stress, dan sebagainya)
(3)   Insomnia
Namun, tentu kurang praktis jika kita waktu tidur kita setiap malam hanya untuk mengetahui apakah tidur kita cukup. Singkatnya, kita bisa menyatakan tidur kita sudah cukup jika kita merasa kembali bugar dan segar ketika bangun dari tidur.

C.    Proses Tidur Normal
Tentu kita tahu setiap proses tidur pasti diawali dengan proses mengantuk, yaitu suatu keadaan saat hubungan antara kesadaran dirinya dengan lingkungannya berkurang 2. Hal tersebut sering kita alami di tengah kesibukan aktivitas kita. Mengantuk dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni sebagai berikut :
(1)   Rasa jenuh terhadap sesuatu yang sedang kita hadapi.
(2)   Rasa lelah karena aktivitas yang berlebihan.
(3)   Ketidaksanggupan otak untuk terus bekerja.
(4)   Rasa tenang yang kita rasakan.
(5)   Dapat juga timbul saat kita sedang nyaman mendengarkan suara musik yang mendayu-dayu, membaca buku, atau menonton televisi.

Setelah proses mengantuk, perlahan-lahan kesadaran kita akan semakin berkurang. Namun, kita masih bisa mendengar dan merasakan rangsangan dari luar(sayup-sayup). Dan mudah terbangun jika terjadi sesuatu yang mengejutkan. Inilah yang disebut proses tidur ayam.
Selanjutnya, kesadaran kita akan semakin berkurang. Hingga akhirnya kita tidak bisa peka terhadap rangsangan dari luar. Saat-saat tidur seperti ini biasanya sudah sangat sulit untuk dibangunkan. Fase ini adalah fase terakhir, yaitu tidur nyenyak.
Secara sistematis, proses tidur dapat digambarkan sebagai berikut :
Oval: TIDUR NYENYAK


PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP OTAK


Dewasa ini, kurang tidur bukan hal yang asing lagi bagi kita. Hampir setiap orang pernah mengeluhkan kurang tidur. Akibat kurang tidur memang bisa dilihat dari fisiknya. Seperti kurangnya gairah saat bekerja, lesu, kurang konsentrasi, dan lain-lain.  Sedangkan pengaruhnya sendiri terhadap kinerja otak kita belum banyak yang mengetahui.
Kurang tidur masih sangat dianggap sepele oleh kita semua. Namun, tanpa kita sadari, ternyata kurang tidur menimbulkan akibat yang cukup serius bagi kinerja otak kita. Seperti kita ketahui, otak merupakan motor bagi seluruh aktivitas tubuh kita. Apabila kinerja otak kita tidak sempurna, pasti sangat berpengaruh terhadap organ tubuh yang lainnya. Termasuk aktivitas kita juga ikut terganggu.
Presentasi orang yang kurang tidur di dunia ternyata cukup tinggi/ menurut data dari WHO (salah satu penyebabnya ialah gangguan sulit tidur yang sering kita sebut insomnia) pada tahun 1993, kurang lebih 18% penduduk di dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya.3

Ada beberapa teori menyatakan tidur dapat bermanfaat untuk mengisi otak secara elektrik dan memulihkan bahan-bahan kimia otak pada tingkat yang cukup. Maka dari itu, kekurangan tidur sangat menggangu kekuatan otak kita. Karena energi yang dibutuhkan otak tidak maksimal.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidur dan otak merupakan dua hal yang saling berkaitan. Berikut ini ialah paparan tentang kaitan antara tidur dengan otak kita :
a.      Tidur membantu bekerjanya otak.
Tidur memainkan peranan yang sangat penting dalam bekerjanya otak. Karena selama tidur, otak memperbaiki dirinya sendiri dan merangsang pembentukan sistem kekebalan. Dimana sistem kekebalan tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kebugaran fisik kita. Apabila kita kurang tidur, tentu otak juga kekurangan waktunya untuk memperbaiki dirinya sendiri. Atau istilahnya me-refresh. Sehingga sangat sulit bagi otak untuk melakukan kembali kerja optimal seperti semula.
Saat kita tidur, otak juga mengonsolidasi informasi yang dipelajari di hari sebelumnya. Jadi, sebaiknya sebelum ulangan kita menghindari belajar semalam suntuk. Tetapi, sempatkanlah waktu untuk tidur. Hingga saat terbangun, kita kembali bugar.
Jadi bisa disimpulkan, penyegaran tidur dapat memperbaiki kelelahan, kekebalan, memori, dan konsentrasi.

b.      Tidur berkaitan dengan proses mengingat.
Hal ini sudah terbukti melalui riset yang dilakukan oleh para ahli terhadap kucing. Para ahli menemukan bahwa tidur secara dramatis meningkatkan beberapa perubahan yang terjadi di antara sel-sel saraf di otak. Perubahan tersebut berada di bawah kendali otak yang mengatur perilaku, belajar, dan mengingat.

c.   Tidur mengonsolidasi pengalaman.
Mengonsolidasi yang dimaksud disini ialah mencerna ulang, memahami, mengingat, dan memproses segala sesuatu yang sudah diterima otak kita. Pengalaman dan segala materi yang didapat pada waktu sebelumnya akan dengan mudah dicerna ulang oleh otak jika kita melakukan tidur yang cukup. Hal ini sudah terbukti dengan kucing (dalam penelitian) yang dibiarkan tidur selama enam jam ternyata lebih mudah beradaptasi daripada kucing yang tidak tidur.
Kemampuan otak untuk mengonsolidasi pengalaman saat tidur sangat berguna di saat kita akan menghadapi ujian. Jika kita selesai belajar, istirahatkanlah otak kita dengan tidur. Karena di saat tidur itu, otak berusaha mengingat kembali memori belajar kita.

Peneliti Prof. Michael Stryker berkata, ”Penelitian ini menunjukkan bahwa jika Anda membaca ulang catatan sampai Anda lelah dan kemudian tertidur, Anda akan memperoleh informasi lebih kuat atau sama dengan ’belajar’ dalam otak seperti jika Anda memasukkan materi tersebut sepanjang malam.”4

Kelemahan otak mengonsolidasi pengalaman saat kurang tidur berdampak juga terhadap prestasi anak. Peneliti dari Amerika telah membuktikan hal tersebut. Sasaran penelitian tersebut ialah 74 anak sekolah berusia 6-12 tahun. Yang dibagi m,enjadi berkelompok-kelompok. Dari minggu ke minggu, kelompok anak-anak tersebut diminta tidur dalam indikator waktu yang berbeda-beda. Selain laporan rutin dari para orang tua, peneliti juga menggunakan alat pemantau berupa gelang detektor untuk memantau berapa lama mereka tidur. Dan para guru tidak mengetahui berapa lama mereka tidur setiap harinya. Para guru hanya berkewajiban mengambil nilai mereka rutin setiap minggu.
Ternyata hasil penelitian tersebut sangat mengejutkan. Hasil penelititan menunjukkkan para siswa mengalami gangguan dalam belajar saat mereka kurang tidur. Mereka kesulitan dalam berkonsentrasi, mencerna materi, mengingat pelajaran, dan mengerjakan soal.
Maka dari itu, untuk anak sekolah hendaknya selalu menjaga tidurnya agar senantiasa cukup. Yakni untuk usia anak-anak 10 hingga 11 jam di malam hari. Dan untuk usia remaja ialah 8,5 jam.

d.   Tidur mempengaruhi perkembangan sel otak.
Menurut riset yang dilakukan oleh tim dari Universitas Princeton, menemukan bahwa tidur sangat penting untuk perkembangan sel otak baru. Sasaran penelitian tersebut ialah tikus. Para peneliti membandingkan tikus-tikus yang dibuat tidak tidur selama 72 jam dengan tikus yang dibebaskan tidurnya.
Ternyata tikus yang tidak tidur itu menghasilkan hormon stress corticosterod dalam kadar yang jauh lebih tinggi. Hormon stress tersebut menyebabkan pengurangan produksi sel di otak. Tikus-tikus yang kurang tidur tersebut juga mengalami ketidaknormalan pada wilayah hippocampus, yakni suatu wilayah di otak yang terlibat dalam pembentukan ingatan. Sel-sel otak baru di wilayah hippocampus tersebut ditemukan sangat sedikit.
Efek kurang tidur pada otak tidak berhenti sampai di situ. Dalam penelitian tikus itu, tingkat produksi sel otaknya belum juga naik walaupun proses tidurnya telah dibuat normal.
Dari penelitian tesebut, dapat disimpulkan bahwa kurang tidur sangat mengurangi daya regenerasi sel otak kita. Meskipun penelitian tersebut dilakukan pada tikus. Tetapi para ahli menduga bahwa efek yang sama juga akan terjadi pada manusia. Maka dari itu, ada baiknya kita selalu menjaga pola tidur agar tetap optimal.


a.      Kurang tidur mempengaruhi aktivitas otak.
Sebelumnya telah diulas bahwa selama kita tidur otak akan memperbaiki dirinya agar dapat segar kembali. Oleh karena itu, kurang tidur sangat mengganggu kinerja otak kita. Berikut ini ialah akibat-akibat kurang tidur pada aktivitas otak :
(1)   Otak akan bekerja lebih keras, namun menjadi semakin lemah.
Saat kita tidur, otak berhenti bekerja keras dan melakukan perbaikan. Maka apabila kita kurang tidur, menyebabkan otak bekerja lebih keras. Karena otak ”dipaksa” bekerja terlalu keras, otak pun menjadi semakin lemah dan kerjanya menjadi tidak maksimal.
(2)   Otak tidak bisa diandalkan lagi untuk berpikir.
Berpikir merupakan salah satu tugas tingkat tinggi bagi otak. Otak yang kurang istirahat tidak akan mampu menjalankan tugas berat tersebut. Apabila dipaksakan, otak tidak akan bisa berusaha maksimal karena otak kekurangan energi. Selain itu, otak juga tidak mampu melakukan tugas-tugas lainnya yang menuntut kemampuan mental.
(3)   Otak yang kurang tidur salah satu bagiannya ”mati”,
Para peneliti menunjukkan otak milik mahasiswa yang kurang tidur, salah satu bagiannya tidak berfungsi saat dituntut untuk mengerjakan test sederhana. Bagian yang ”mati” tersebut ialah pusat bahasa. Hal ini sangat mencengangkan! Karena ternyata bagian oak yang lainnya mengambil alih tugas otak yang ”mati” tersebut. Sehingga bagian-bagian otak yang masih ”hidup” bekerja lebih keras. Dan tentunya tidak maksimal.
Bahkan belakangan ini diketahui, tidak hanya satu bagian otak saja yang bisa ”mati”. Bisa jadi, lebih dari satu bagian ”mati”, apabila hal ini terjadi, sudah dapat dipastikan otak kita akan sangat lemah. Karena hanya sebagian kecil otak yang mengerjakan seluruh tugas yang seharusnya dikerjakan oleh banyak bagian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar